Knowldege
management menjadi bidang yang penting dalam proses pembelajaran sebuah
organisasi. Penge-tahuan yang dimiliki oleh organisasi harus mampu memberikan
kemajuan bagi organisasi itu sendiri. Agar organisasi dapat bertahan hidup,
maka diwajibkan agar setiap orang yang ada di dalam organisasi sharing
penge-tahuan. Untuk itu dibutuhkan manajemen yang kuat agar
pengetahuan
tersebut mengakar di setiap individu dalam organisasi dan tidak hilang begitu
saja dengan didukung infrastruktur untuk penyebaran informasi di lingkungan
organisasi.
Perkembangan
dewasa ini mengajukan pada makin cepatnya perubahan dalam segalam bidang
kehidupan, akibatnya dari efek globalisasi serta pengembangan teknologi
informasi yang sangat akseleratif. Kondisi ini jelas mengakibatkan per-lunya
cara-cara baru dalam menyikapi semua yang terjadi agar dapat tetap survive.
Penekanan akan makin pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan
salah saru respon dalam menyikapi perubahan tersebut, dan ini tentu saja
memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM.
Sehubungan
dengan itu peranan ilmu pengetahuan menjadi makin menonjol, karena hanya dengan
pengetahuanlah semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Ini
berarti pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan SDM yang
berkualitas dan kom-petitif. Ketatnya kompetisi secara global khususnya dalam
bidang ekonomi telah menjadikan organisasi usaha memikirkan kembali strategi
pengelolaan usahanya, dan SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya
menjadi pilihan penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut.
Pengetahuan
telah menjadi sesuatu yang sangat menentukan, oleh karena itu perolehan dan
pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik dalam konteks peningkatan kinerja
organisasi. Langkah ini dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam
menghadapi persaingan yang mengglobal, sehingga pencapaiannya akan merupakan
suatu bencana bagi dunia bisnis, oleh karena itu diperlukan cara yang dapat
mengintegrasikan pengetahuan itu dalam kerangka pengembangan SDM dalam
organisasi. Dari sinilah istilah mana-jemen pengetahuan berkembang sebagai
suatu bagian penting dan strategis dalam pengelolaan SDM pada
Perusahaan/organisasi.
Pengetahuan
memang merupakan milik individu, namun dapat dimanfaatkan oleh orga-nisasi
dengan tetap memberikan otonomi pengembangannya pada individu tersebut. Dalam
hubungan ini belajar dan pembelajaran menjadi kata kunci dalam peningkatan
kapasitas penge-tahuan, oleh karenanya menjadikan individu sebagai pembelajar
merupakan kondisi yang diperlukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan
kinerja organisasi melalui pengintegrasiannya dengan proses organisasi. Untuk
itu organisasi perlu melakukan pengembangan dirinya menjadi organisasi
pembelajar, sebab hanya dalam kondisi yang demikian individu/pegawai dapat
benar-benar menjadi manusia pembelajar.
Pentingnya
Learning Organization telah lama menjadi perhatian para ahli organisasi,
terutama semenjak terbitnya buku karya Peter Senge “The Fifth Discipline” pada
tahun 1990, disamping itu organisasi-organisasi baik organisasi bisnis maupun
non bisnis juga telah mencoba mengembangkan konsep tersebut dalam upaya
menjadikan organisasi mereka kompetitif, dan dalam konteks itulah manajemen
pengetahuan menjadi amat penting, karena dengan pengelolaan yang tepat dapat
menjadi suatu kekuatan kompetitif yang tangguh yang diperlukan sekali dalam
perkembangan global dewasa ini. Berikut ini akan dikemukakan makna manajemen
pengetahuan dengan menggunakan rujukan utama buku yang ditulis oleh Christina
Evans berjudul Managing for Knowledge, HR’s Strategic Role.
Beda
Informasi dan Pengetahuan
Informasi
menurut Whitten, P 23 adalah data yang telah diproses atau diorganisasi ulang
manjadi bentuk yang berarti. Informasi dibentuk dari kombinasi data yang
diharapkan memiliki arti ke penerima. Sedangkan Knowledge adalah data dan
information yang disaring lebih jauh berdasarkan fakta, kebenaran, kepercayaan,
penilaian, penga-laman dan keahlian si penerima.
Proses
perubahan data menjadi informasi menurut Daven dan port dalam buku Paul L.
Tobing dilakukan melalui beberapa tahap:
- Contextualized: memahami manfaaat data yang dikumpulkan
- Categorized: memahami unit analisis atau komponen kunci dari data
- Calculated: menganalisis data secara matematik atu secara statistik
- Corected: menghilangkan kesalahan dari data
- Condensed: meringkas data dalam bentuk yang lebih singkat dan jelas
Sedangkan
knowledge sebagai informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu
terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika
informasi tersebut memam-pukan seseorang atau institusi untuk mengambil
tindakan yang berbeda atau lebih efektif dari sebelumnya.
Menurut
Hendro Wicaksono, informasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang kita bagi,
melalui beragam media komunikasi yang ada (Information is something that we
share). Sedang-kan Pengetahuan adalah sesuatu yang masih ada dalam pikiran kita
(Knowledge is something that is still in our mind).
Kemudian
dapat disimpulkan, Informasi adalah Pengetahuan yang dibagi atau
dikomu-nikasikan melalui beragam media yang ada (Infor-mation is shared
knowledge).
Pendapat
lain juga mengartikan knowledge sebagai actionable information atau informasi
yang dapat ditindaklanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk bertindak, meng-ambil keputusan dan untuk menmpuh arah ataupun strategi.
Alur
Proses Penciptaan Pengetahuan
Information Acquisition (Proses Pengadaan Informasi)
Information Acquisition (Proses Pengadaan Informasi)
Proses
pengadaan informasi adalah proses mengumpulkan beragam informasi dari berbagai
sumber yang dianggap relevan dengan interes komunitas pemakai sistem manajemen
pengetahuan. Karena itu, proses ini harus dilakukan berdasarkan survei
kebutuhan dan interes anggota komunitas yang yang telah dilakukan terlebih
dahulu. Sumber informasi tidak hanya berasal dari Internet, tetapi juga dari
sumber informasi yang didistribusikan dalam bentuk offline, seperti CDROM atau
DVDROM.
Pada
proses pengadaan informasi, ada dua jenis informasi yang dikumpulkan. Pertama
Unstructured Information (informasi yang tidak terstruktur) dan Structured
Information (informasi yang terstruktur). Unstructured Information adalah
informasi yang tidak mendalam tentang suatu topik. Contohnya adalah artikel
surat kabar. Sedangkan Unstructured Information adalah (sekumpulan) informasi
yang mendalam dan detail tentang suatu topik. Unstructured Information disimpan
dan men-jadi bagian penting dalam Unstructured Knowledge Creation (Penciptaan
Pengetahuan yang Tidak Terstruktur), sedangkan Structured Information disimpan dalam
sistem repository (digital library).
Unstructured Knowledge Creation (Pencip-taan Pengetahuan Yang Tidak Terstruktur)
Unstructured
Knowledge Creation adalah proses pembelajaran komunitas yang cenderung tidak
terstruktur. Tidak terstruktur dalam hal pengetahuan yang dihasilkan belum
mendalam dan belum fokus pada suatu topik interes tertentu. Tujuan proses ini
adalah:
- Agar anggota komunitas mau, berani dan termotivasi berbagi pengetahuan (knowledge sharing).
- Agar anggota komunitas terbiasa dengan sistem manajemen pengetahuan yang akan digunakan.
Discussion Forum (Forum Diskusi, Semi-structured Knowledge Creation)
Setelah
pustakawan mendapatkan topik interes anggota komunitas, maka tahap berikutnya
adalah mengajak anggota komunitas untuk mendiskusikannya secara lebih spesifik
dan ter-struktur pada Discussion Forum. Jika memung-kinkan, pustakawan juga
bisa mendorong anggota komunitas langsung ke proses Structured Knowledge
Creation (Penciptaan Pengetahuan Yang Terstruktur). Tapi ini relatif sulit
dilakukan karena untuk menghasilkan pengetahuan yang terstruktur relatif butuh
waktu dan proses yang tidak sebentar. Yang paling mudah adalah membuat
pengetahuan yang tidak terstruktur menjadi lebih terstruktur dalam Discussion
Forum. Bisa dibilang Discussion Forum adalah Semi-structured Know-ledge
Creation (Penciptaan Pengetahuan Yang Semi Terstruktur).
Structured
Knowledge Creation (Penciptaan Pengetahuan Yang Terstruktur)
Pada
saat proses di Discussion Forum, bila dirasa pengetahuan yang tercipta telah
cukup detail dan terstruktur, maka pustakawan harus meng-arahkan kegiatan
pembelajaran pada proses berikutnya, yaitu Structured Knowledge Creation. Dalam
proses penciptaan pengetahuan, proses ini merupakan proses yang sangat penting.
Bisa dianggap puncaknya proses penciptaan pengetahuan. Proses ini merupakan
kelanjutan dari proses Discussion Forum (semi-structured knowledge creation).
Juga bisa merupakan kelanjutan dari proses Unstructured Knowledge Creation,
meskipun hal ini jarang terjadi.
Pada
proses ini, biasanya kontribusi dari anggota komunitas relatif berkurang. Ini
dikare-nakan tingkat kesulitannya yang cukup tinggi. Untuk mengatasi masalah
ini, pustakawan bisa membantu dengan membuat kerangka struktur pengetahuan dan
melakukan kemas-ulang pengetahuan yang didapat dari Discussion Forum dan sumber
referensi. Tapi anggota komunitas diharapkan sebagai kontributor pengetahuan
pada proses ini.
Bisa
saja ketika suatu topik interes sudah mencapai proses Structured Knowledge
Creation, tapi topik tersebut tetap terus didiskusikan ditahap Discussion
Forum. Jadi bisa juga Discussion Forum tempat membahas topik interes dan
menghasilkan pengetahuan baru, sedangkan Structured Knowledge Creation tempat
menyimpan pengetahuan yang sudah disepakati bersama (lihat panah 2 arah antara
proses Discussion Forum dengan Structured Knowledge Creation).
Pengetahuan
yang tercipta pada proses ini, selanjutnya disimpan pada sistem repository
sehingga bisa menjadi referensi kembali pada proses Structured Knowledge
Creation (lihat panah 2 arah antara proses Structured Knowledge Creation dengan
Digital Library) maupun Discussion Forum (lihat panah 2 arah antara proses
Discussion Forum dengan Digital Library).
Sistem
Repository (Digital Library)
Digital Library berfungsi sebagai:
Digital Library berfungsi sebagai:
- Tempat menyimpan Structured Information yang dikumpulkan dari berbagai sumber informasi.
- Sumber referensi bagi proses pembelajaran di Discussion Forum dan Structured Knowledge Creation.
- Tempat menyimpan pengetahuan yang diha-silkan pada proses pembelajaran di Discussion Forum dan Structured Knowledge Creation.
Semua
fungsi di atas dilakukan oleh pus-takawan. Oleh karena itu, pustakawan
sebaiknya punya kemampuan yang cukup dalam hal pencarian, pengolahan dan
kemas-ulang informasi, serta kemampuan belajar secara cepat dan kemam-puan
berkomunikasi.
Konsep
Mekanisme Trasformasi Pengeta-huan dalam Organisasi Pembelajar
Transformasi
pengetahuan ini bergantung dengan mental dan budaya untuk setiap individu
sehingga aktualisasi aktivitas di dalam organisasi akan dilandasi pada keyakinan
baru sebagai kesepakatan bersama (anggota organisasi bekerja dengan spirit
baru). Berdasarkan model mental organisasi yang disepakati bersama inilah
mereka kemudian mengakutalisasikan pengetahuannya menjadi strategi, program,
sistem/dokumen baru sebagai pedoman kerja seluruh anggota.
Faktor
yang penting dalam Implementasi Knowledge Management
- Manusia
Baik berupa tacit knowledge ataupun explicit knowledge yang
mampu di-sharing/transfer dalam institusi atau organisasi.
- Leadersihp
Keberhasilan KM didukung peran pemimpin dalam membangun visi
yang kuat dengan menggalang dan mengarahkan partisipasi semua anggota
organisasi dalam mewujudkan visinya.
- Teknologi
Dukungan infrastruktur yang kuat dalam penyebaran informasi
pada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula.
- Organisasi
Aspek pengaturan yang jelas dalam hal ini termasuk reward
yang berpartisipasi dalam penyebaran informasi
- Learning
Kemauan
belajar untuk setiap individu sehing-ga muncul ide-ide, inovasi dan knoeledge
baru, yang menjadi komoditas utama dalam KM.
Hal
yang esensial dalam knowledge management adalah terbentuknya lingkungan belajar
yang kondusif, sehingga para pekerja ter-motivasi untuk terus belajar,
memanfaatkan informasi atau pengetahuan yang disediakan perusahaan, dan
menumbuh kembangkan penge-tahuan individualnya serta pada akhirnya mau berbagi
pengetahuan baru yang didapatnya untuk menjadi pengetahuan organisasi, atau
dengan kata lain knowledge management focus agar manusia didalamnya produktif
utnuk menumbuhkembangkan pengetahuan dan mau berbagi pengetahuan yang
dimilikinya.
Perkembangan
teknologi informasi telah meningkatkan produktivitas penemuan pengetahuan
(mempermudah proses pengelolaan pengetahuan) serta mempercepat proses
implementasinya, sehing-ga organisasi untuk menginstitusionalisasikan dan
mendistribusikan pengetahuan yang berasal dari individu anggota oranisasi
sesuai dengna kebutuhan dan perkembangannya.
Sosialisasi
dan Promosi
Aplikasi
sistem manajamen pengetahuan yang kompleks tidak akan berguna kalau tidak digunakan
oleh komunitasnya. Karena itu perlu strategi yang tepat untuk memotivasi
anggota komunitas agar menggunakan sistem.
Pertama,
sosialisasi. Sosialisasi bisa dila-kukan dengan melakukan edukasi kepada
komunitas pemakai tentang layanan baru (intranet sistem manajemen pengetahuan)
di perpustakaan. Edukasi juga harus disertai dengan pelatihan cara menggunakan
sistem intranet.
Kedua,
promosi. Promosi sebaiknya berisi manfaat intranet bagi komunitas pemakai
perpus-takaan. Jaman sekarang, biasanya produk berbasis teknologi akan berhasil
bisa dikaitkan dengan gaya hidup modern yang produktif. Karena itu perlu
dirumuskan secara tepat bagaimana mempro-mosikan intranet ini sebagian dari
gaya hidup modern di perpustakaan.
Ketiga,
reward (hadiah). Hadiah merupakan salah satu motivasi orang untuk berbuat
sesuatu. Pengelola Perpustakaan sebaiknya perlu meng-alokasikan dana untuk
menyediakan hadiah bagi pemakai yang paling aktif dan banyak memberikan
kontribusi penciptaan pengetahuan di intranet.
Keempat,
Evaluasi. Suatu pengembangan sistem dianggap baik, bila secara transparan
melibatkan pemakai dalam pengembangannya. Karena itu perlu secara berkala
komunitas pemakai diajak berdiskusi mengenai usability sistem manajamen
pengetahuan yang digunakan. Dari sini, akan didapat masukan-masukan bagi
pengembangan sistem lebih lanjut.
Dapat
disimpulkan bahwa, baik individu, kelompok ataupun organisasi harus mampu
bertahan di era yang penuh ketidak-pastian ini. Organisasi pembelajar yang
berisi individu pembelajar yang didukung infrastruktur yang kuat mulai dari
pengadaan informasi sampai dengan pengetahuan yang terstruktur dalam digital
library, untuk selanjutnya disosialisasikan untuk menghasilkan nilai-nilai baru
dalam organisasi. Dimana nilai –nilai baru tersebut mengubah cara pandang
setiap elemen organisasi untuk melakukan pengembangan ke arah yang lebih baik.
Referensi:
Abell, Angela dan Nigel Oxbrow, ”Computing with Knowledge: The Information Professional in the Knowledge Management Age”, Library Association Publication, London, 2001.
Abell, Angela dan Nigel Oxbrow, ”Computing with Knowledge: The Information Professional in the Knowledge Management Age”, Library Association Publication, London, 2001.
American
National Standard, ”A Guide to the Project Management Body of Knowledge”,
Project Management Institute, New Jersey, 2004.
Bell,
Housel, “Measuring and Managing Knowledge”, McGraw-Hill, Singapore, 2001.
Davenport,
Thomas H and Prusak, L, “Working Knowledge : How Organizations Manage What They
Know”, Harvard Business School Press, Boston, 1998.
Davidson,
Carl & Philip Voss, “Knowledge Management : An Introduction
tocreating Competitive Advantage fromintellectual capital”, Vision Books,
New Delhi, 2003.
Harvard
Business School Press, “Harvard Business Review on Knowledge Management”,
Harvard Business School Press, Harvard, 1998.
htttp://www.skyrme.com/,
tanggal 25 November 2007
http://www.sekitarkita.com,
Wcr_putu KM.Doc, 11 September 2007
http://www.ebizzasia.com,
24 Agustus 2007
http://hendrowicaksono.multiply.com/journal/,
24 September 2007
Housel,
Thomas J and Arthur H.Bell, “Measuring and Managing Knowledge”, Mc Graw-Hill
International Edition, Boston, 2001.
Jann
Hidajat Tjakraatmadja, Donal Crestofel Lantu, Knowledge Management dalam
konteks organisasi pembelajar, SBMITB, 2006
Jeffery
L. Whitten, Lonnie D. Bentl, Kevin C. Dittman, Metode Desain dan Analissi
Sistem, 2005.
Kling,
Rob, “Learning about InformationTechnology and Social Change: the Contribution
of Social Informatics”, The Information Society, Vol.16, No.3, pp 217-232,
2000.
Lendy
Widayana, “Knowledge Management: Meningkatkan Daya Saing Bisnis”, Bayumedia
Publishing, 2005.
Malhotra,
Yogesh, “From Information Management to Knowledge Management: Beyond the
“Hi-Tech Hidebound ’Systems” dalam K. Srinantaiah dan MED Koenig (ed),
“Knowledge Management for the Information Professional”, Medford, Information
Today, Inc.pp:37-61, New York, 2000.
Munteanu
Igor, Ionita Veaceslav IONITA, The Management of Knowledge , Cartier,
2003.
Natarajan,
Ganesh, “Knowledge Management: Enabling Business Growth” McGraw Hill, New York,
1999.
Nonaka,
Ikujiro and Takeuchi, Hirotaka, “The Knowledge-Creating Company: How Japanese
Companies Create theDynamics of Innovation”, Oxford University Press, Oxford,
1995.
Paul
L. Tobing, Konsep Knowledge Management, Konsep, Arsitektur dan Implementasi,
Graha Ilmu, 2007.
Setiarso,
Bambang, “Knowledge Sharing in Organizations: models and mechanism”, Special
Library Conference May 15-17, 2005.p 14, Kuala Lumpur, 2005.
______________,
”Strategi Pengelolaan Knowledge untuk Meningkatkan Daya Saing UKM”. Proceeding
Seminar Ilmiah Nasional PESAT 2005, Universitas Guna Darma, Jakarta, 2005.
Subagyo,
H, “Metodologi Pengukuran Peranan Forum Diskusi dalam Proses Berbagi Knowledge;
Kasus Intra PDII-LIPI”, Diklat Peneliti Tingkat I, Jakarta, 2006.
Tiwana,
Amrit, ”Knoeledge Management Toolkit”, Prentice Hall, New Jersey, 2002.
Tjaraamadja,
Jaan Hidayat, “Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajaran”,
2006.
No comments:
Post a Comment